Syahadah Selalu Ada Pada Puncak Agenda Islam
Bismillahirrahmanirrahim
Atas kehilangan seorang syahid besar — pemikir, filosof, dan faqih tingkat tinggi — Haji Syekh Mutadha Mutahhari, saya sampaikan ucapan turut berduka cita yang mendalam dan selamat berbahagia kepada Islam, para Imam (12 orang Imam menurut mazhab Ja’afari — Forum SPTN), dan umat Islam (khususnya para mujahidin Iran). Ini merupakan ucapan duka cita atas syahidnya seorang yang jarang terdapat dalam kalangan pemikir Islam dan berbagai spesialisasinya (Islam dan Al-Qur’an).
Saya kehilangan seorang putera yang sangat tercinta, dan berduka cita atas perginya Syahid Mutahhari, salah seorang tokoh hasil dari buah hidup saya. Syahidnya ilmuwan produktif brilian ini merupakan kehilangan besar bagi Islam dan sulit menemukan penggantinya.
Saya sampaikan ucapan selamat kepada “ummah” atas hadirnya pribadi-pribadi ikhlas yang siap mengorbankan dirinya seperti almarhum, dan yang memberi sinar terang ketika mereka masih hidup bahkan sesudah wafatnya (kesyahidannya).
Saya ucapkan selamat kepada Islam yang tercinta, para pendidik manusia dan pendidik umat Islam (yang telah mendidik putera-putera seperti Syahid Mutahhari) yang dengan sinar cemerlangnya mengantarkan kematian kepada kehidupan dan membawa kegelapan kepada cahaya. Walaupun saya kehilangan orang yang tercinta ini — yang merupakan bagian dari diri saya — saya merasa bahagia bahwa putera-putera yang siap berkorban seperti itu senantiasa ada dalam Islam.
Mutahhari merupakan seorang yang memiliki keistimewaan dalam kesucian rohaninya dan dalam iman serta kefasihan berbicara. Orang-orang yang menjahatinya hendaklah mengetahui bahwa kendati ia telah pergi, namun pribadinya yang Islami, ilmiah, dan filosofis tidak akan hilang. Mereka harus mengetahui bahwa, insya Allah, dengan syahidnya pribadi-pribadi seperti Syahid Mutahhari, maka tekad rakyat kita akan menjadi lebih bulat dalam perjuangan menentang kezaliman, korupsi, kediktatoran, dan penjajahan. Rakyat kita telah menemukan jalannya dan tidak akan berhenti memutuskan akar-akar busuk rezim Syah.
Islam, yang tercinta, telah tumbuh dengan pengabdian dan pengorbanan-pengorbanan dari rakyat kita. Rencana Islam sejak Revolusi (Revolusi Islam di Iran tahun 1979 — Forum SPTN) hingga sekarang telah bertaut dengan kesyahidan (syahadah). Mati pada jalan Allah dan untuk kaum tertindas (mustadh’afin) telah ada pada puncak agenda Islam.
Mereka yang telah merasa kalah dan tamat riwayatnya di Iran — orang-orang yang telah hilang pengaruh dan perannya di Iran — dan hendak membalas dendam dengan tindakan yang tidak manusiawi atau bermaksud melenyapkan para mujahidin Islam, sungguh sangat keliru. Perlu dicamkan, dari setiap helai rambut seorang syahid dan dari setiap tetes darahnya yang jatuh membasahi bumi, akan tercipta manusia-manusia mujahidin yang penuh tekad.
Mungkin mereka bermaksud membunuh setiap orang dari bangsa pemberani ini (Iran), tetapi membunuh individu-individu seperti itu tidak akan menolong mereka dalam kegiatan perampokan mereka.
Satu bangsa yang telah bangkit dengan iman kepada Allah — untuk menegakkan Islam — tidak akan dipalingkan oleh aneka siasat yang sia-sia seperti yang dilakukan terhadap Syahid Mutahhari.
Kami telah siap sedia mengorbankan diri dan untuk menjadi Syuhada’ di jalan Allah.
Saya nyatakan hari Kamis tanggal 3 Mei 1979 sebagai hari berkabung nasional untuk menghormati Syahid Mutahhari yang mengorbankan diri, berjihad di jalan Islam dan untuk kepentingan bangsa. Saya sendiri akan duduk berduka pada hari Kamis dan Jum’at di madrasah Faiziyyah.
Saya doakan kepada Allah Yang Maha Tinggi semoga berkenan mencurahkan rahmat dan ampunan-Nya bagi putra Islam yang tercinta, Syahid Mutahhari, dan juga bagi keagungan serta kemuliaan Islam.
Salam kepada para syuhada’ yang berada pada jalan kesalehan dan kebebasan. [**]
2 Mei 1979.
Dikutip dari Majalah Yaum Al-Quds, No 9, Ramadhan 1403 H.
(Yaum-Al-Quds/Jurnal-Parlemen-Online/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email