Benar, paling tidak begitulah yang
dikatakan dalam sebagian kitab Rijal di sisi Ahlus Sunnah. Terdapat
perawi hadis yang dikatakan “bisa berbicara setelah wafat”.
Bahkan terdapat ulama ahlus sunnah yang membuat kitab khusus berkaitan
dengan hal ini yaitu Ibnu Abi Dunya dalam kitabnya Man ‘Asya Ba’dal
Maut. Tulisan ini hanya membawakan sedikit contoh sebagai bukti bahwa
fenomena ini diyakini kebenarannya oleh ulama ahlus sunnah.
زَيْدُ بْنُ خَارِجَةَ بْنِ أَبِي زُهَيْرٍ
الْخَزْرَجِيُّ الأَنْصَارِيُّ، شَهِدَ بَدْرًا، تُوُفِّي زَمَانَ
عُثْمَانَ، هُوَ الَّذِي تَكَلَّمَ بَعْدَ الْمَوْتِ،
Zaid bin Khaarijah bin Abi Zuhair Al
Khazrajiy Al Anshaariy, termasuk yang ikut perang Badar, wafat di masa
Utsman dan ia adalah orang yang berbicara setelah wafat [Tarikh Al Kabir
Al Bukhariy 3/383 no 1281].
زيد بن خارجة بن أبي زهير الخزرجي أحد ابني
الحارث ابن الخزرج الأنصاري مديني له صحبة شهد بدرا توفي زمن عثمان رضي
الله عنه وهو الذي تكلم بعد الموت روى عنه موسى بن طلحة حدثنا عبد الرحمن
قال سمعت أبي يقول ذلك
Zaid bin Khaarijah bin Abi Zuhair Al
Khazraajiy salah seorang dari bani Al Haarits bin Khazraaj Al Anshaariy
Al Madiiniy, seorang sahabat Nabi, ikut serta dalam perang Badar, wafat
pada masa Utsman [radiallahu ‘anhu] dan ia adalah orang yang berbicara
setelah wafat, telah meriwayatkan darinya Muusa bin Thalhah. Telah
menceritakan kepada kami ‘Abdurrahman yang berkata aku mendengar ayahku
mengatakan demikian. [Al Jarh Wat Ta’dil Ibnu Abi Hatim 3/562 no 2541].
Fenomena Zaid bin Khaarijah bicara
setelah ia wafat telah disebutkan dalam salah satu riwayat Baihaqiy dan
dishahihkannya dalam kitabnya Dala’il An Nubuwah,
أخبرنا أبو صالح بن أبي طاهر العنبري ،
أنبأنا جدي يحيى بن منصور القاضي ، حدثنا أبو علي محمد بن عمرو كشمرد ،
أنبأنا القعنبي ، حدثنا سليمان بن بلال ، عن يحيى بن سعيد ، عن سعيد بن
المسيب ، أن زيد بن خارجة الأنصاري ، ثم من بني الحارث بن الخزرج توفي زمن
عثمان بن عفان ، فسجى في ثوبه ، ثم أنهم سمعوا جلجلة ، في صدره ، ثم تكلم ،
ثم قال : أحمد أحمد في الكتاب الأول ، صدق صدق أبو بكر الصديق الضعيف في
نفسه القوي في أمر الله في الكتاب الأول ، صدق صدق عمر بن الخطاب القوي
الأمين في الكتاب الأول ، صدق صدق عثمان بن عفان على منهاجهم مضت أربع
وبقيت اثنتان ، أتت الفتن وأكل الشديد الضعيف ، وقامت الساعة وسيأتيكم من
جيشكم خبر بئر أريس وما بئر أريس . قال يحيى : قال سعيد : ثم هلك رجل من
خطمة فسجي بثوبه فسمع جلجلة في صدره ثم تكلم ، فقال : إن أخا بني الحارث بن
الخزرج صدق صدق وأخبرنا أبو عبد الله الحافظ ، حدثنا أبو بكر بن إسحاق
الفقيه ، أنبأنا قريش بن الحسن ، حدثنا القعنبي ، فذكره بإسناده نحوه وهذا
إسناد صحيح وله شواهد
Telah mengabarkan kepada kami Abu
Shalih bin Abi Thaahir Al ‘Anbariy yang berkata telah memberitakan
kepada kami kakekku Yahya bin Manshuur Al Qaadhiy yang berkata telah
menceritakan kepada kami Abu Aliy Muhammad bin ‘Amru yang berkata telah
memberitakan kepada kami Al Qa’nabiy yang berkata telah menceritakan
kepada kami Sulaiman bin Bilaal dari Yahya bin Sa’iid dari Sa’iid bin Al
Musayyab bahwa Zaid bin Khaarijah Al Anshaariy dari Bani Harits bin Khazraj wafat pada masa ‘Utsman bin ‘Affan maka jasadnya ditutupi dengan kain, kemudian orang-orang mendengar suara dari dadanya kemudian ia berbicara,
ia berkata “Ahmad Ahmad ada dalam kitab yang pertama, benarlah benarlah
Abu Bakar Ash Shiddiq yang lemah terhadap dirinya tetapi kuat dalam
menjalankan perintah Allah juga ada dalam kitab yang pertama, benarlah
benarlah Umar bin Khaththab yang kuat lagi terpercaya juga ada dalam
kitab yang pertama, benarlah benarlah Utsman bin ‘Affan yang berada di
atas manhaj mereka pada empat tahun pertama dan dua tahun yang tersisa
akan datang fitnah, hari kiamat akan datang, dan akan datang kepada
kalian pasukan kalian yang membawa kabar tentang sumur Ariis”. Yahya
berkata Sa’iid berkata kemudian seorang laki-laki dari bani Khathmah meninggal lalu jasadnya ditutupi kain maka terdengar suara dari dadanya kemudian ia berbicara,
ia berkata “sesungguhnya saudara dari Bani Harits bin Khazraaj benar,
benar”. Dan telah mengabarkan kepada kami Abu ‘Abdullah Al Haafizh yang
berkata telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Ishaaq Al Faaqih
yang berkata telah memberitakan kepada kami Quraisy bin Hasaan yang
berkata telah menceritakan kepada kami Al Qa’nabiy dan ia menyebutkan
dengan sanad di atas. Sanad ini shahih dan memiliki syawaahid [Dala’il
An Nubuwah Baihaqiy 6/195].
Selain Zaid bin Kharijah, hal yang sama
terjadi juga pada perawi hadis lain yaitu dari golongan tabiin yang
bernama Rabi’ bin Hiraasy. Ibnu Sa’ad dalam Ath Thabaqat ketika
menuliskan biografi Rib’i bin Hiraasy ia menyebutkan
وأخوهما ربيع بن حراش الذي تكلم بعد موته
Dan saudara keduanya yaitu Rabii’ bin Hiraasy telah berbicara setelah kematiannya [Ath Thabaqat Ibnu Sa’ad 6/127]
ربيع بن حراش أخو ربعي بن حراش الذي تكلم
بعد الموت وذكر أمره لعائشة فقالت سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول:
انه يتكلم رجل من أمتي بعد الموت من خير التابعين
Rabii’ bin Hiraasy saudara dari Rib’i
bin Hiraasy, ia adalah orang yang berbicara setelah wafat dan
disebutkan perkaranya kepada Aisyah maka ia berkata aku mendengar
Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] mengatakan bahwa akan
berbicara seseorang dari umatku setelah wafat yaitu yang paling baik
dari kalangan tabiin [Al Jarh Wat Ta’dil Ibnu Abi Hatim 3/456 no 2062].
رَبِيعُ بْنُ حِرَاشٍ مِنْ عُبَّادِ أَهْلِ
الْكُوفَةِ وَقُرَّائِهِمْ يَرْوِي عَنْ جَمَاعَةٍ مِنَ الصَّحَابَةِ رَوَى
عَنْهُ عَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ عُمَيْرٍ وَأَخُوهُ رِبْعِيٌّ آلَى أَنْ لَا
تَفْتُرَ أَسْنَانُهُ ضَاحِكًا حَتَّى يَعْلَمَ أَيْنَ مَصِيرُهُ فَمَا
ضَحِكَ إِلا بَعْدَ مَوْتِهِ
Rabii’ bin Hiraasy termasuk ahli
ibadah dari penduduk Kuufah dan qari’ mereka, ia meriwayatkan dari
jama’ah sahabat Nabi dan telah meriwayatkan darinya ‘Abdul Malik bin
‘Umair dan saudaranya Rib’i. Disebutkan bahwa ia tidak akan tertawa
sampai ia mengetahui nasibnya kelak [surga atau neraka], maka ia tidak
pernah tertawa kecuali setelah ia wafat [Ats Tsiqat Ibnu Hibban 4/226 no
2633].
Aneh memang tetapi begitulah yang
diyakini oleh para ulama ahlus sunnah dan dinyatakan dalam riwayat
shahih. Memang tidak ada yang tidak mungkin jika Allah SWT berkehendak.
Kami hanya ingin mengingatkan kepada para pembaca bahwa hal-hal yang
aneh memang terdapat dalam kitab Ahlus Sunnah dan kitab Syi’ah. Terdapat
sekelompok orang yang berwatak buruk begitu bersemangat mencari hal-hal
aneh dalam kitab Syi’ah dan menjadikan hal itu sebagai bahan tertawaan
padahal di sisi Ahlus Sunnah hal-hal aneh pun juga banyak.
Tidak jarang hal-hal aneh itu dibungkus
dengan bahasa yang sensasional sehingga jika disajikan pada pembaca awam
[apalagi yang akalnya rendah] maka mereka akan berlezat-lezat dalam
menghina Syi’ah. Contohnya bukankah belum lama ini ada Pembenci Syi’ah
yang membungkus sajian dengan judul “Keledai Menjadi Perawi Hadis” dan “Alien Menceritakan Hadis Dalam Kitab Syi’ah”.
Padahal duduk perkara sebenarnya jauh sekali dari bahasanya yang
sensasional. Seandainya kita menuruti kerendahan akal para pembenci
Syi’ah tersebut maka riwayat atau nukilan di atas bisa saja disajikan
dalam bahasa yang sensasional pula seperti “Ternyata Ada Zombie Yang Jadi Perawi Hadis” atau “Mayat Hidup Menceritakan Hadis Dalam Kitab Ahlus Sunnah”. Tetapi kami tidak akan merendahkan akal kami seperti itu, kami tidak akan menjadikan riwayat ini sebagai bahan tertawaan.
Kami hanya ingin menunjukkan bahwa
hal-hal yang musykil dalam mazhab Ahlus Sunnah juga banyak, kalau
hal-hal musykil seperti itu dijadikan dasar mencela dan merendahkan
suatu mazhab maka mazhab mana yang akan selamat dari celaan tersebut.(
Source)