Oleh: Muhsin Labib
Gus
Dur mengaku berdarah Cina, karena menjadi keturunan Putri Campa.
Klaim-klaim keturunan tokoh penting sudah biasa. Bahkan, pengakuan Gus
Dur itu bukan hal mengejutkan. Persoalannya selama ini sejarah Putri
Campa tidak pernah dibongkar atau diungkapkan secara luas kepada
masyarakat.
“Putri
Campa itu gadis Palembang yang dipersunting Brawijaya V, pangeran
Mataram. Mereka memiliki anak yang bernama Hasan dan Husin. Putri Campa
memang berdarah Tiongkok. Nah, hampir semua keturunan wong Palembang
saat ini masih keturunan Putri Campa. Tepatnya keturunan Raden Hasan
atau yang dikenal Raden Patah,” kata Eka Pascal, sejarahwan Palembang,
kepada detikcom, Kamis (31/1/2008).
Lho
kok bisa? Sebab, dulu keturunan Raden Patah – raja Demak- lari ke
Palembang. “Di Palembang, keturunan Raden Patah ini kemudian membangun
kerajaan Islam Palembang,” kata Eka Pascal.
Orang-orang
Palembang yang masih keturunan Raden Patah ini memiliki keturunan yang
ditandai dengan sejumlah gelar seperti Kemas, Kiagus, atau Masagus.
“Sebagian keturunan Putri Campa ini menyebar ke Madura, Sulawesi,
Thailand Selatan, Filipina Selatan, Maluku, dan kepulauan Sumba,” kata
dia. (Diolah dari detikcom31/01/2008 11:50 WIB ).
Tapi
yang lebih menarik perhatian bukan keturunan Putri Campa, tapi raja
Brawijaya dan Putri Campa memberi nama kedua putra mereka dengan Hasan
dan Husin.
Siapa yang punya kisah tentang mereka berdua ini ( Hasan dan Husin).
silahkan sayid dari palembang sekitar yg menjawabnya….
– th!n -
dan saya kagum atas pENGETAHUAN sejarah Anda, dan hampir sama dengan pengetahuan saya,
dan dari mana anda dapat informasi ini,
jika anda punya sejarah buku atau referensi lain terkait dengan Putri champa dan sejerah orang Champa oleh saya minta informasinya,
ini penting bagi kami,
terima kasih,
waslamu alaikum Wrt, Wbt,
Yusuf_champa
Email saya: machdusoh@yahoo.com
FB: Yusuf_champa.
Penduduk di Desa Pagar Batu tersebut adalah keturunan langsung RADEN FATTAH dari istrinya yang bernama “Puyang Keramat Ulu Dusun” (Raden Fattah memiliki dua orang istri yaitu yang menurunkan Pati Unus dst dan satu lagi istrinya yang menurunkan keturunan “Puyang Sembilan Behading”
Makam dan peninggalan Puyang Sembilan Behading ini bisa ditelusuri (yaitu dengan keluarga KENAIM atau Ir. Bur Maras di Jakarta/anggota DPR RI dari Partai Demokrat) dan merekan di desa Pagar Batu juga sudah menjalin hubungan dengan keturunan Raden Fattah di DEMAK.
Maaf Sayyidina Ali Sepupu Rasul SAWW,,
Penduduk di Desa Pagar Batu tersebut adalah keturunan langsung RADEN FATTAH dari istrinya yang bernama “Puyang Keramat Ulu Dusun” (Raden Fattah memiliki dua orang istri yaitu yang menurunkan Pati Unus dst dan satu lagi istrinya yang menurunkan keturunan “Puyang Sembilan Behading”
Makam dan peninggalan Puyang Sembilan Behading ini bisa ditelusuri (yaitu dengan keluarga KENAIM atau Ir. Bur Maras di Jakarta/anggota DPR RI dari Partai Demokrat) dan merekan di desa Pagar Batu juga sudah menjalin hubungan dengan keturunan Raden Fattah di DEMAK.
Saya Kemas dari Jambi
Senang bisa tau sejarah keturunan kemas.
Apakah sama cerita diatas dengan keturunan kemas jambi?
Berdasarkan beberapa kesaksian dari para ulama’ dan habaib. dijelaskan bahwa:Menurut Sayyid Bahruddin Ba’alawi, dan juga almarhum Habib Muhsin Alhaddar dan Al-Habib Hadi bin Abdullah Al-Haddar Banyuwangi menjelaskan bahwa Silsilah Raden Fattah mengalami pemutar balikan sejarah. Tokoh orientalis yang telah memutarbalikkan sejarah dan nasab Kesultanan Demak adalah Barros, Hendrik De Lame dll. Mereka ini adalah Orientalis Belanda yang berfaham Zionis.
Ayah Raden Fattah adalah Sultan Abu Abdullah (Wan Bo atau Raja Champa) ibni Ali Alam (Ali Nurul Alam ) ibni Jamaluddin Al-Husain ( Sayyid Hussein Jamadil Kubra) ibni Ahmad Syah Jalal ibni Abdullah ibni Abdul Malik ibni Alawi Amal Al-Faqih ibni Muhammad Syahib Mirbath ibni ‘Ali Khali’ Qasam ibni Alawi ibni Muhammad ibni Alawi ibni Al-Syeikh Ubaidillah ibni ahmad Muhajirullah ibni ‘Isa Al-Rumi ibni Muhammad Naqib ibni ‘Ali zainal Abidin ibni Al-Hussein ibni Sayyidatina Fatimah binti Rasulullah SAW .
Ayah Raden Patah yaitu Sultan Abu Abdullah (Wan Bo atau Raja Champa) ini menikah dengan Putri Brawijaya V (Bhre Kertabhumi).
Jadi pernikahan ini sesuai dengan Syariat Islam, karena seorang sayyid yaitu Sultan Abu Abdullah menikahi putri Brawijaya dan mengislamkannya.
Panggilan putra Brawijaya terhadap Raden Pattah. bukan berarti dalam arti anak. tetapi dalam bahasa JAWA …Putra dipakai untuk memanggil anak, cucu, cicit dan keturunan.
Dalam Catatan beberapa Rabitah yang ada di Indonesia serta beberapa catatan para Habaib dan Kyai ahli nasab diriwayatkan bahwa:
Sayyid Abu Abullah (Wan Bo atau Raja Champa) memiliki istri:
1. Isteri Pertama adalah: Syarifah Zainab binti Sayyid Yusuf Asy-Syandani (Pattani Thailand) melahirkan 2 anak laki-laki: yaitu:
a. Sayyid Abul Muzhaffar, melahirkan para sultan Pattani, Kelantan lama dan Malaysia.
b. Sayyid Babullah, melahirkan Sultan-sultan Ternate.
2. Isteri kedua adalah Nyai Rara Santang binti Prabu Siliwangi Raja Pajajaran, melahirkan 2 anak, yaitu:
a. Sultan Nurullah (Raja Champa)
b. Syarif Hidayatullah (Raja Cirebon) bergelar Sunan Gunung Jati.
3. Istri ketiga adalah Nyai Condrowati binti Raja Brawijaya V, melahirkan 1 anak yaitu: Raden Patah yang bergelar Sultan Alam Akbar Al-Fattah. Gelar Akbar dinisbatkan pada gelar ayahnya yaitu Sultan Abu Abdullah (Wan Bo atau Raja Champa) ibni Ali Alam (Ali Nurul Alam ) ibni Jamaluddin Al-Husain ( Sayyid Hussein Jamadil Kubra atau Syekh Maulana Al-Akbar)
Cerita yang wajib diluruskan adalah:
1. Menurut Babad Tanah Jawi, Bahwa Raden Patah anak dari Brawijaya V yang menikahi Syarifah dari Champa yang bernama Ratu Dwarawati
Sanggahan saya:
Dalam ilmu Fiqih Islam, hal ini penghinaan terhadap Syarifah, karena tidak mungkin seorang syarifah dinikahkan kepada Raja Hindu. kalao toh masuk Islam. Maka tidak mungkin syarifah menikah dengan muallaf.
2. Menurut kronik Cina dari kuil Sam Po Kong, Ibu Raden Patah adalah Selir Brawijaya dari Cina. Lalu selir tersebut dicerai dan dinikahkan kepada anak brawijaya yang menjadi Adipati Palembang.
Sanggahan Saya:
Jelas sekali kisah ini bertentangan dengan syariat Islam. Dan tidak layak dinisbatkan kepada ibu dari Raden Patah. Haram hukumnya Istri ayah meskipun telah dicerai dinikahkan dengan anak yang lain.
*Note : by Nurfadhil Azmatkhan Al-Husaini dengan tulisan ini menunjukkan pula bahwa =
1. Walisongo & kerabat pada masa lalu juga kerap kali menjaga & mengutamakan Kafa’ah..
2. Meluruskan pula sejarah Sunan Gunung Jati yang selama ini nasabnya benar & jelas namun dikisahkan sebagai putra Raja Mesir Abdullah.. padahal Abdullah merupakan Raja Champa seperti data di atas; hal ini dikarenakan.. Sunan Gunung Jati sbg putra seorang Raja, ketika berdakwah ke nusantara, sebelumnya sempat belajar & berdakwah dari Mesir.. sehingga disangka sbg putra Raja Mesir.. Hal ini sudah kami cek dalam sejarah daftar penguasa Mesir pada jaman itu, tdk tercatat nama Syarif Abdullah.. sedangkan dalam sejarah Melayu, Pattani & Champa .. hal ini dikenal jelas.. dan diakui ulama ahli nasab.. Penulisan kisah sunan Gunung Jati sbg putra Raja Mesir berasal dari distorsi komunikasi mulut ke mulut yang kemudian dicatat dalam Babad sekitar 200 tahun kemudian dari masa kehidupan Sunan Gunung Jati.. dan kemungkinan besar terkait dengan campur tangan penjajah dalam mengaburkan sejarah para penyebar Islam nusantara
Sahabat silahkan berkunjung ke http://www.facebook.com/note.php?note_id=138429526176755
Saya kira cerita ini hanya beredar di seputaran keluarga, ternyata menyebar .