Daftar Isi Nusantara Angkasa News Global

Advertising

Lyngsat Network Intelsat Asia Sat Satbeams

Meluruskan Doa Berbuka Puasa ‘Paling Sahih’

Doa buka puasa apa yang biasanya Anda baca? Jika jawabannya Allâhumma laka shumtu, maka itu sama seperti yang kebanyakan masyarakat baca...

Pesan Rahbar

Showing posts with label Australia. Show all posts
Showing posts with label Australia. Show all posts

ISIS Minta Pendukungnya Lakukan Teror di Australia


Mereka diminta menculik warga sipil dan merekam pembunuhan korbannya.

Kelompok militan Negara Islam Irak-Suriah (ISIS) kembali merilis rekaman video yang berisi pesan khusus bagi para pendukung mereka di Australia. Dalam video itu, ISIS meminta pendukung mereka tetap berada di negaranya untuk menebar teror.

Dilansir Daily Mail, Jumat 31 Oktober 2014, politisi senior anggota kongres Amerika Serikat (AS) Mike Rogers, mengatakan rencana untuk melakukan aksi teror di Australia terungkap dalam operasi penggerebekan, September lalu.

Ketua komite intelijen DPR AS itu mengatakan pada Fox News bahwa ada 14 warga Australia yang direkrut ISIS siap berangkat ke Suriah, tapi mereka kemudian mendapat pesan dari ISIS untuk tetap berada di AS dan menjalankan misi dari pemimpin ISIS.

“Tidak. Tidak (pergi ke Suriah). Kami ingin Anda tetap di Australia, menculik orang-orang di jalan, penggal mereka dan rekam, kirim pada kami untuk propaganda,” kata Rogers, menyebut isi pesan yang dikirimkan oleh ISIS.

Pakar terorisme Profesor Greg Barton, mengatakan pernyataan Rogers diyakini merujuk pada operasi penggerebekan pada 18 September lalu. Salah satu yang ditangkap adalah Omarjan Azari yang berusia 22 tahun.

Di pengadilan, Azari mengaku menerima telepon dari seorang militan senior ISIS asal Australia Mohammad Ali Baryalei, yang menginstruksikan dia memenggal orang-orang di Sydney.

Rogers mengatakan ISIS ingin menciptakan kejadian yang menarik perhatian di negara-negara Barat. “Mereka (ISIS) ingin menunjukkan bahwa mereka bisa menjangkau dan menyerang negara Barat,” kata Rogers.

Menurut Rogers, itu sebabnya kini aktivitas teror dapat dilihat di Kanada, AS, Jerman, Prancis, Spanyol, dan negara Eropa lainnya, karena ISIS secara aktif berusaha untuk menciptakan peristiwa di Barat yang dapat mereka klaim untuk propaganda. (ita)

Sumber : viva.co.id

Kekuatan Militer Indonesia Satu Peringkat Diatas Australia


Indonesia berada di peringkat 19 Negara Berkekuatan Militer Terbesar di Dunia. Posisi Indonesia hanya terpaut satu peringkat diatas Australia (Baca: Bagaimana Nasib Akhir Gembong Narkoba dari Australia?). Sedangkan Malaysia dan Singapura tidak termasuk dalam daftar 35 negara yang militernya paling kuat menurut laporan Business Insider.

Seperti dilansir dari tribunnews.com, Business Insider melakukan evaluasi sederhana menggunakan Indeks Global Firepower. Indeks tersebut melakukan peringkat 106 negara berdasarkan 50 faktor termasuk anggaran milier dan jumlah peralatan militar setiap negara serta akses ke sumber daya alam.

Sayangnya indeks tersebut hanya menggambarkan kondisi kuantitatif dan bukan kondisi kualitatif yang benar-benar mencerminkan kondisi milier sebuah negara. Selain itu juga kepemilikan nuklir juga diabaikan. Hal tersebut jelas merupakan kartu truf dalam geopolitik.

Namun perlu diingat bahwa peringkat tersebut dirilis pada bulan April (sebelum kejadian invasi Rusia ke Ukraina bagian Timur serta serbuan ISIS di Irak dan perseteruan Israel dan Hamas) yang melibatkan sejumlah data yang sangat kompleks dan akan terus berubah.

Untuk kawasan ASEAN sendiri menurut data tersebut, Indonesia berada pada posisi pertama. Sedangkan jika dibandingkan dengan 34 negara lainnya, posisi Indonesia berada pada posisi 19 dengan kekuatan militer terbesar di dunia. Padahal pada tahun 2013 posisi Indonesia ada di peringkat 15 sementara Australia ada di posisi 23. Kini posisi Australia semakin mengejar Indonesia.

Sementara negara ASEAN yang masuk perhitungan hanya Vietnam (23) dan Thailand (24). Maka, Indonesia patut berbangga memiliki peringkat tersebut tanpa terlena.
Pada peringkat tiga besar berturut turut adalah Amerika Serikat, Rusia dan China.

Menyusuri Venesia dari Timur


Pemandangan nona dan nyai Belanda yang semarak sudah digantikan dengan bajaj dan mikrolet yang berjejalan di tengah kemacetan lalu-lintas.
OLEH: DARMA ISMAYANTO

JIKA kita berkunjung ke Kali Besar menjelang sore hari, sesekali sebuah perahu melintasi kali. Bukan perahu pedagang, melainkan perahu kayu kecil, dinakhodai seorang lelaki yang sibuk “memancing” sampah dengan ganconya.

Kegemerlapan Kali Besar sudah lama hilang. Tak ada lagi pemandangan seperti abad ke-17-18 saat noni-noni atau nyai Belanda melintas dengan pakaian serbamewah di atas kereta kudanya. Kini, cuma ada pemandangan kendaraan umum seperti bajaj dan mikrolet yang terjebak kemacetan lalu-lintas. Orang Belanda menyebut Kali Besar di tepian muara Sungai Ciliwung ini dengan nama De Groote Rivier.
Tom Pires dalam catatan perjalanannya yang melegenda, Suma Oriental, menyebutkan pada 1513 Kali Besar merupakan jalur transportasi utama dari Sunda Kelapa menuju pusat Kerajaan Sunda (saat ini dikenal sebagai daerah Bogor). Butuh waktu dua hari bagi para pelintas untuk mencapai Kerajaan Sunda.

Jatuh ke tangan Belanda pada 1619, pelabuhan Sunda Kelapa, yang waktu itu direbut dari kekuasaan Kerajaan Demak dan telah berganti nama menjadi Jayakarta, segera kembali berganti nama menjadi Batavia. Dikomandoi Jan Pieterzoen Coen, Batavia dibangun dekat dengan muara Sungai Ciliwung. Desain kota yang akan dibangun Coen menyerupai kota-kota di Belanda dengan kanal-kanal yang membelah kota dan pepohonan rindang di kanan dan kirinya.

Melanjutkan tugas Coen, Gubernur Jenderal Jacques Specx membawa perkembangan kota itu makin pesat. Pada 1631-1632, Kali Besar yang semula berkelok diluruskan menjadi parit terurus dan lurus menerobos kota. Aliran Ciliwung pun jadi memanjang dari Harmoni ke Kali Besar. Usai proyek rampung, pembangunan di kali yang airnya mengalir di tengah pusat pemerintahan kota Batavia itu pun makin marak. Dengan kanal-kanal yang mengelilingi kota, Batavia sempat dijuluki “Venesia dari Timur”.

Di sepanjang Kali Besar, di masa pemerintahan Belanda, bangunan-bangunan sederhana segera berganti menjadi bangunan mewah bergaya Eropa. Pada abad ke-17, di masa awal Batavia, sepanjang Kali Besar menjadi kawasan tempat tinggal elit dan kemudian berkembang menjadi kawasan bisnis yang cukup riuh. Ini ditandai dengan kemunculan gedung-gedung perkantoran dan pasar antara lain Pasar Sayur, Pasar Pisang, Pasar Ayam, dan Pasar Beras.
 
Beberapa bangunan legendaris yang berdiri di kawasan ini antara lain Toko Merah. Dinamai seperti itu karena, selain interior rumah terbuat dari kayu bercat merah, eksteriornya mendapat nuansa warna merah dari penggunaan material batu bata. Pada 1851, gedung ini digunakan sebagai toko oleh warga keturunan Tionghoa bernama Oey Liaw Kon. Berdiri pada 1730, awalnya bangunan dua tingkat ini digunakan sebagai tempat tinggal Gustaaf Willem Baron G. Von Imhoff, yang kemudian menjabat sebagai Gubernur Jenderal Hindia-Belanda (1743-1750). Selain Imhoff, gubernur jenderal lain yang pernah menempati adalah Jacob Mossel, Petrus Albertus van der Parra, dan Reinier de Klerk. Bangunan ini adalah hunian terbesar saat itu di Batavia.

Selain Toko Merah, ada juga bangunan rumah milik Baron Freidrich von Wurmb, seorang kaya berkebangsaan Jerman. Wurmb adalah pendiri Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen atau Perhimpunan Seni dan Ilmu Pengetahuan Batavia. Sebelum ditempati Wurmb, awalnya bangunan ini berfungsi sebagai kantor Bank of China. Masyarakat Indonesia menyebutnya gedung Singa Kuning, karena dua patung singa berwarna kuning berada di depan pintu bangunan.

Bangunan lain yang tak boleh dilupakan adalah Jembatan Kota Intan. Jembatan yang berdiri di ujung muara Kali Besar Timur ini dibangun pada 1628. Kapal-kapal yang mengangkut komoditas dari dan ke Pelabuhan Sunda Kelapa dikutip cukai ketika melewati jembatan jungkit itu. Selain itu, di Kali Besar Barat juga berdiri ophaalbrug (jembatan kayu yang bisa diangkat).

Selama abad ke-17 hingga awal abad ke-18, kawasan Kali Besar selalu ramai oleh berbagai aktivitas. Tidak hanya perdagangan tapi juga percintaan. Sinyo-sinyo dan noni-noni yang tengah kasmaran, seperti ditulis Alwi Shahab dalam Batavia Kota Hantu, saat malam terang bulan, terutama malam Minggu, menyanyi sambil memetik gitar menjelajahi kanal dengan perahu.

Namun tak ada yang abadi. Citra kawasan “cantik” sepanjang Kali Besar mulai memudar di akhir abad ke-18. Willard A. Hanna dalam Hikayat Jakarta mencatat, gempa bumi yang bukan main dahsyatnya pada 4 dan 5 November 1699 menyebabkan gedung-gedung rusak parah serta mengacaukan persediaan air dan sistem pengaliran air di seluruh daerah. Gempa itu, disertai letusan gunung api dan hujan abu, menyebabkan terusan-terusan menjadi penuh lumpur. Aliran sungai Ciliwung membawa banyak endapan.

John Crawfurd dalam bukunya Descriptive Dictionary of the Indian Islands and Adjacent Countrie, menulis bahwa gempa dan letusan gunung menyebabkan kali-kali di Batavia, bahkan tanggul-tanggulnya, penuh dengan lumpur. Dan keadaan itu menimbulkan wabah malaria yang menewaskan banyak orang. Banyak orang juga terserang diare karena kebiasaan meminum langsung air aliran Kali Besar tanpa direbus terlebih dulu. Padahal di masa itu Kali Besar sudah tercemar.

Selain itu, endapan lumpur menyebabkan kapal-kapal besar maupun sedang tak dapat melintas di Kali Besar. Kapal besar terpaksa “parkir” di luar; barang-barangnya dipindahkan ke sampan-sampan untuk dibawa melintas di Kali Besar. Sementara kapal berukuran sedang harus ditarik dan didorong oleh para buruh jika ingin melintasi Kali Besar.

Penanganan atas kondisi buruk itu baru dilakukan pemerintahan H.W. Daendels (1808-1811) ketika Batavia berada di bawah kekuasaan Prancis. Daendels merelokasi pusat kota dari kawasan Kota ke Weltevreden (Gambir-Lapangan Banteng). Untuk mengatasi kekurangan biaya, beberapa gedung di kawasan Kota dihancurkan, termasuk benteng kota dan istana gubernur jenderal. Bahan bangunan yang masih bisa dipakai diambil dan digunakan untuk membangun gedung di kawasan Weltevreden.
 
Pembenahan terus dilakukan sampai 1817 di bawah pemerintahan Belanda yang ditegakkan kembali. Parit-parit yang penuh genangan air ditimbun. Tanggul-tanggul kali yang rusak diperbaiki. Ditangani langsung para insinyur yang cakap, pengerjaan itu berhasil menormalkan aliran sungai.

Tak lagi menjadi pusat kota bukan berarti sepanjang Kali Besar jadi mati. Justru dengan pengalihan pusat kota, kawasan tersebut jadi makin terbuka. Sejak 1870 banyak gedung perkantoran berdiri, terutama kantor perdagangan, transportasi, perbankan, dan jasa ekspor-impor. Antara lain Chartered Bank of India, Australia, dan China; perusahaan asuransi Zee en Brand Verzekerings Maatschappij Sluyters & Co; The Ships Agency Ltd; Internatio; dan penerbit buku Kolff & Co. Hingga 1960-an, Kali Besar merupakan daerah pusat kantor-kantor perdagangan internasional.

Memasuki 1970, kawasan sepanjang Kali Besar sebagai pusat bisnis mulai kehilangan pamor. Perlahan kawasan ini mulai ditinggalkan. Seperti dilakukan Daendels, banyak orang memindahkan kantor mereka ke daerah Selatan, yaitu di seputaran Gambir atau Lapangan Banteng. Gedung-gedungnya, yang ditetapkan sebagai Bangunan Cagar Budaya, kian tak terurus.
 
Sejak 1990-an pemerintah kota Jakarta lewat berbagai program terus berikrar untuk merevitalisasi kawasan ini. Tapi sepertinya hingga saat ini belum kentara hasilnya. “Venesia dari Timur” belum kembali.

Pusat Studi Islam di Australia


http://arts.anu.edu.au/cais
Pusat Arab & Studi Islam (Timur Tengah & Asia Tengah)
Pusat Arab & Studi Islam (Timur Tengah & Asia Tengah) merupakan bagian dari ANU College of Arts dan Ilmu Pengetahuan Sosial di The Australian National University dan lokasi utama Australia untuk studi di bidang ini, dengan berdiri internasional yang tinggi dan hubungan dengan perusahaan mitra utama di dunia Arab & Muslim, serta di Amerika Utara dan Eropa.
 
The Centre mengintegrasikan studi Central politik kontemporer Asia, sejarah, budaya, ekonomi politik, ekonomi Timur Tengah dan, dan agama Islam dalam kerangka yang lebih luas dari tatanan global yang berubah. The Centre mendorong studi bahasa yang paling relevan di kawasan itu dari Arab, Persia dan Turki. Hal ini juga berfokus pada isu-isu yang berkaitan dengan kepentingan Australia dalam, dan pengembangan, hubungan komersial ilmiah dan industri dengan, wilayahnya cakupan.
 
CAIS adalah pengajaran multi-disiplin dan Pusat penelitian, dengan link kognitif dengan ANU College of Asia & Pasifik, serta asosiasi profesional dengan Sekolah Tinggi lainnya. Kegiatannya dipandu oleh lima belas anggota Dewan Penasehat dan sekelompok penasihat internasional, terdiri dari ulama terkemuka di Arab, Islam, Timur Tengah dan studi Asia Tengah.
 
CAIS mengacu pada dukungan dari komunitas akademis yang kaya di ANU untuk meningkatkan cakupan dan kegiatan. Sepanjang tahun siswa didorong untuk menghadiri kuliah dan acara khusus oleh para pemimpin dalam akademik, masyarakat politik, dan bisnis.
 
The CAIS terletak di sebuah bangunan bergaya baru dan kontemporer yang mencerminkan arsitektur kawasan. Di sini, siswa memiliki akses ke akademisi terkemuka di bidang, perpustakaan khusus, dan sebuah teater kuliah audio visual ditingkatkan.

Tujuan utama dari CAIS adalah empat kali lipat:

Untuk mempromosikan Arab, Islam, Timur Tengah dan Central Asian Studies, baik sarjana dan pascasarjana domain, di tingkat nasional, untuk mengkoordinasikan penelitian oleh para akademisi dan spesialis Australia dan internasional,
untuk menyediakan kolam keahlian untuk sektor publik dan swasta, dan
untuk memperkuat hubungan Australia dengan domain Timur Tengah dan Asia Tengah.

APA YANG BISA saya STUDI?

The Centre menawarkan program pascasarjana, sarjana dan pengawasan pascasarjana (PhD dan MPhil) dari berbagai topik, termasuk bahasa Arab politik Asia Tengah Timur Tengah dan, sejarah, ekonomi politik, Persia, Turki dan, sastra dan budaya, dan studi Islam .

Terkait Berita: